Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita kanker serviks
tertinggi di dunia. Setiap tahun di Negara kita ini ditemukan 15.000
kasus kanker serviks baru dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir
dengan kematian. Ini berarti sekitar 20 orang wanita di Indonesia
meninggal karena kanker serviks. Bagaimana awal mulanya penyakit ini
bisa menggerogoti tubuh wanita dan menimbulkan kematian? Rasanya, baik
pria maupun wanita perlu mengetahui jawabannya.
Kanker
serviks (cervical cancer) adalah penyakit yang spesifik terjadi hanya
pada kaum wanita, karena khusus menyerang organ reproduksi, tepat di
daerah serviks atau dalam bahasa awan disebut “leher rahim”. Serviks
merupakan pintu masuk ke dalam organ rahim dan terltak antara vagina
dengan rahim. Kanker ini disebabkan oleh berbagai hal. Utamanya,
sebanyak 99,7% disebabkan oleh virus human papiloma (human papiloma
virus) yang sering disingkat dengan HPV. Penyebab lainnya adalah akibat
paparan radiasi atau pencemaran zat-zat kimia yang berlangsung dalam
jangka panjang.
HPV si Biang Keladi
HPV memiliki lebih dari 100 jenis. Tidak
semua ganas. Yang paling berisiko menimbulkan kanker (onkogenik) adalah
HPV 16,18, 31 atau 45. sementara yang lainnya tidak berbahaya dan bisa
lenyap dengan sendirinya. HPV masuk ke dalam tubuh melalui hubungan
intim. Oleh karena itu, orang yang sering berganti-ganti pasangan atau
memiliki suami yang suka “jajan” sangat berisiko terkena penyakit ini.
Penggunaan kondom saat berhubungan intim tidak menjamin bisa melindungi
diri untuk tidak tertular virus tersebut.
Banyak wanita tidak menyadari dirinya
terinfeksi HPV onkogenik, karena gejala awalnya tidak kentara. Setelah
penyakit ini memasuki stadium lanjut, barulah muncul gejala-gejala khas.
Namun sayang, pada fase ini penyakit sudah sangat ganas. Sel-sel kanker
yang semula berdiam di daerah serviks sudah menjalar ke organ-organ
lain sehingga sulit untuk disembuhkan. Terlambatnya mengidentifikasi
penyakit inilah yang menyebabkan mengapa kanker serviks menjadi sangat
mematikan. Seandainya penyakit terdeteksi sejak dini, hasilnya akan
berbeda. Peluang sembuh masih sangat terbuka bila kehadiran virus HPV
diketahui sebelum sang virus sempat merusak sel-sel jaringan serviks,
atau aktvitasnya masih dalam wilayah serviks.
Siapa yang Berisiko?
Semua wanita yang sudah aktif secara
seksual berisiko terkena kanker serviks. Risiko tertinggi terjadi pada
usia 35-50 tahun, terlebih bila si wanita sudah mulai melakukan
aktivitas seksual di bawah usia 16 tahun. Memulai hubungan seksual di
usia terlalu dini mendatangkan risiko dua kali lipat lebih besar
dibandingkan melakukannya di atas usia 20 tahun. Semakin sering hamil
juga membuat risiko terkena kanker serviks meningkat. Wanita yang
berhubungan intim dengan banyak lelaki berisiko lebih tinggi terkena
penyakit ini ketimbang wanita yang setia pada satu pasangan. Wanita yang
sedang diet ketat, menderita gizi buruk, serta kurang mengonsumsii
vitamin A, C dan E yang berperan sebagai anti-oksidan dan menguat
imunitas tubuh rentan pula terkena kanker serviks. Sebab, infeksi HPV
mudah menjangkiti orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah.
Risiko terkena kanker serviks ini
semakin meningkat pada wanita yang merokok. Banyak penelitian
mengungkapkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan risiko
terjangkitnya penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan di Karolinska Institute, Swedia, di bawah pimpinan Joakam
Dilner, M.D. Penelitian yang telah dipublikasikan oleh British Journal
of Cancer pada tahun 2001 mengungkapkan zat nikotin serta zat racun lain
yang terdapat pada rokok masuk ke dalam darah melalui asap rokok dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya Cervical neoplasia atau tumbuhnya
sel-sel abnormal pada leher rahim. Cervical neoplasia merupakan kondisi
awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh.
Deteksi Dini
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan
menghimbau agar semua wanita yang menikah atau pernah melakukan hubungan
seksual agar melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin di rumah
sakit atau laboratorium klinik. Pap smear merupakan salah satu metode
standar yang cukup efektif mendeteksi apakah seorang wanita terinfeksi
HPV atau tidak. Deteksi dini menjadi penting, mengingat infeksi HPV
onkogenik tidak sekejab mata menimbulkan kanker. Ada masa preinvasif
atau masa pertumbuhan bagi sel-sel abnormal untuk berubah menjadi ganas
(kanker). Masa preinvasif ini memakan waktu antara 5 sampai 20 tahun,
dimulai dari tahap infeksi, lesi prakanker (masa awal kanker serviks),
hingga positif menjadi kanker serviks. Infeksi HPV onkogenik yang
menetap dalam jangka panjanglah yang akhirnya berkembang menjadi kanker.
Dengan melakukan deteksi dini, keberadaaan infeksi HPV dapat diketahui
lebih awal sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan infeksi yang
dapat mencegah berkembangnya penyakit menjadi kanker serviks stadium
lanjut.
Secara garis besar, perkembangan sel-sel kanker digambarkan dalam lima stadium.
- Stadium 0 : sel-sel kamker hanya ditemukan pada lapisan terdalam serviks.
- Stadium 1 : sel kanker ditemukan hanya pada leher rahim saja.
- Stadium 2 : sel kanker mulai menyebar ke luar leher rahim, namun tidak sampai ke dinding panggul.
- Stadium 3 : kanker serviks sudah menyebar ke wilayah sepertiga bagian bawah vagina, mungkin sudah menyebar ke dinding panggul dan atau menyebabkan ginjal tidak berfungsi lagi.
- Stadium 4 : kanker serviks sudah menyebar ke kandung kemih, rectum, ginjal atau bagian tubuh lain seperti jantung, paru-paru, tulang, liver dan lain-lain.
Bila kanker sudah mencapai stadium 2,
penderita umumnya disarankan menjalankan operasi pengangkatan rahim dan
menjalankan terapi tambahan seperti radiasi dan kemoterapi untuk
membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar. Tindakan ini, kendati
memakan biaya yang besar dan menimbulkan efek samping yang cukup berat,
tidak menjamin kesembuhan 100%. Tetap saja, pengobatan yang tepat pada
fase dini (stadium 0) memberikan peluang kesembuhan yang lebih baik.
Gejala Kanker Serviks Stadium Lanjut
- Muncul rasa sakit dan pendarahan pada saat berhubungan intim (contact bleeding)
- Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.
- Pendarahan di luar siklus menstruasi.
- Penurunan berat badan yang drastic.
- Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, pasien akan menderita keluhan nyeri punggung.
- Mengalami hambatan dalam berkemih (buang air kecil), serta mengalami pembesaran ginjal.
5 Langkah Pencegahan
Berikut ini adalah 5 langkah pencegahan yang dapat dilakukan guna menangkal kanker serviks.
- Tidak melakukan hubungan intim dengan pasangan yang berganti-ganti.
- Bagi yang sudah aktif secara seksual, rutin melakukan pap smear minimal setiap dua tahun sekali.
- Bagi yang belum pernah melakukan hubungan seksual, dapat melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi ini akan memberikan hasil yang efektif dan dapat menurunkan risiko terkena kanker serviks hingga 75 % bila diberikan pada wanita usia 9 – 26 tahun yang belum aktif secara seksual.
- Memelihara kesehatan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat.
- Rutin mengonsumsi food supplement yang kaya anti-oksidan dan dapat memperkuat imunitas tubuh, seperti TIENS Muncord Capsules dan TIENS Spirulina Capsules. Bila terdiagnosa mengidap kanker serviks, tambahkan TIENS Chitin Chitosan Capsules yang berkhasiat mencegah pertumbuhan sel kanker dan membersihkan racum di dalam tubuh.
Ayo kini saatnya kita menjaga
orang-orang yang kita cintai, apakah itu ibu, istri, adik, kakak, teman,
atau keluarga kita yang lain. Cegahlah sebelum terlambat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar